Jumat, 04 April 2008

KEMEJA DARI GEDEBOG PISANG



Kain dari gedebog pisang? Bagaimana pula rasanya?

Jangan-jangan kasapnya bisa bikin kulit lecet.
Jangan antipati dulu. Kain jenis ini juga mulai banyak diminati di mancanegara.
Tidak percaya?
Memang, selama ini serat yang banyak diandalkan untuk membuat kain adalah serat kapas. Padahal, banyak serat tanaman lain yang bisa dipakai.
Ambil contoh serat dari batang pisang (dalam bahasa Jawanya gedebog), eceng gondok, nanas, dan tanaman lidah mertua.
Tapi, jangan bayangkan serat batang pisang akan sama tajam dengan bentuk mentah yang tebal dan bergerigi. Konon pula kualitas serat itu tidak kalah dari kapas atau serat sintetis. Lagi pula tak ada salahnya memanfaatkan serat alam yang melimpah ruah di sekeliling kita. Siapa tahu limbah tak berguna yang teronggok di pojok kebun berubah menjadi rupiah yang melimpah. Apalagi cara pengolahannya pun tidaklah sulit.

Kemeja serat pisang

Untuk mendapatkan serat batang pisang, yang dilakukan pertama kali adalah membelah memanjang gedebog yang masih segar. Dengan sisir bambu belahan batang pisang itu dikerok untuk diambil seratnya. Setelah terkumpul cukup banyak, serat pisang digulung dan dapat langsung ditenun menjadi bahan pakaian pria maupun wanita.
Cara yang sama dilakukan untuk mengambil serat eceng gondok, nanas, maupun tanaman lain. Cara sederhana itulah yang selama ini dilakukan H. Abdulkadir Muhammad (77) yang mungkin bisa dibilang salah satu perintis perajin serat nonkapas. Semua itu terjadi di awal 1980-an, saat A. Kadir mencoba-coba mengolah, menenun kain dari serat pisang, bahkan kemudian membuatnya menjadi sepotong kemeja yang ia pakai sendiri. Teman-temannya di Pekalongan yang sempat menertawakannya, akhirnya angkat jempol melihat hasilnya tidak kalah halus dari kain benang kapas. Pengakuan serupa secara tak langsung diterima ketika hasil produksinya yang dilempar ke pasaran, khususnya di kota-kota turis seperti Denpasar, Bandung, Yogyakarta, dan beberapa kota lain, mendapat respons cukup baik.Sukses itu menggelitik peraih Upakarti Jasa Pengabdian Perorangan tahun 1985 itu untuk melakukan percobaan berikut.

Kali itu, ia berhasil membuat kain dari serat daun nanas, eceng gondok, serat bambu, dan tanaman lidah mertua (Sansperia). Sayangnya, serat tanaman lidah mertua tidak dapat diproduksi dalam jumlah cukup banyak, karena keterbatasan tanaman. Sedangkan serat bambu, meski bahannya melimpah, harganya mahal dan banyak dibutuhkan untuk bahan bangunan. Rupanya, hanya serat batang pohon pisang dan daun nanas yang punya karakter mirip serat sintetis maupun benang kapas. Lain lagi dengan serat eceng gondok yang lebih besar daripada benang serat batang pohon pisang maupun nanas. Sehingga serat eceng gondok lebih cocok untuk bahan tirai, atau bahan pakaian yang agak tebal.Krisis malah laris
Ternyata pula serat itu tak hanya bisa menjadi pakaian pria dan wanita.
Dengan daya kreativitas, serat tanaman itu bisa diolah menjadi sepatu sandal, tas, taplak meja, kotak tempat tisu, sarung bantal, dll.
Berbagai jenis produk itu dilempar ke kota-kota turis di Indonesia dan AS dengan merek Ridaka (diambil dari namanya, A. Kadir yang dibaca terbalik).
Satuan harga untuk setiap produk pun bervariasi. Pada pertengahan 1999, kain serat batang pohon pisang berlebar 90 cm harganya Rp 50.000,- per meter, kain serat eceng gondok Rp 60.000,- semeter, sedangkan kain serat nanas Rp 70.000,-. Produk lain seperti sepatu sandal dari kulit batang pisang dijual dengan harga antara Rp 7.000,- - Rp 18.500,- per pasang. Ada juga berbagai tas, mulai tas wanita yang dipatok Rp 17.500,- - 25.00 per buah, hingga tas perjalanan kulit batang pisang yang dirangkai dengan kulit sapi Rp 65.000,- sebuah.
Konsumen lokal, yang datang dari berbagai kota mulai Yogyakarta, Solo, Bandung, Jakarta, dan wilayah Jatim, biasanya langsung berkunjung ke rumah yang sekaligus jadi ruang pajang. Tapi untuk yang ke luar negeri, "Saya pernah mengirim 10.000 m kain dari eceng gondok ke salah satu toserba terbesar di AS yaitu PIER 1 tahun 1997 senilai Rp 240 juta, lewat seorang agen di Bali," ujar A. Kadir sambil menambahkan, pesanan itu kebanyakan bahan pakaian dari serat pisang, nanas, dan eceng gondok, di samping bahan busana dari katun.
Tak aneh bila badai krismon yang mampu menjungkirkan banyak pengusaha hingga bangkrut, bagi Kadir justru mendatangkan berkah, karena produknya yang dikirim ke luar negeri menggunakan standar dolar AS. Sayangnya, ia tak tahu apakah produknya juga beredar di negara-negara Eropa, karena ia tidak mempunyai agen pemasaran ke sana. Kalaupun ada, mungkin dibeli di Indonesia, lalu dibawa ke sana. Yang ia tahu, "Omzet penjualan dari serat alam maupun katun mencapai sekitar Rp 100 - 150 juta per bulan."Untuk memenuhi target pesanan, baik dari dalam dan luar negeri, menurut Dra. Hj. Thuraya, putri keenam A. Kadir yang dipercaya menangani manajemen dan pemasaran, mereka didukung 30 perajin yang jadi anak asuh di berbagai sudut Kodya Pekalongan. Selain itu, proses produksi juga dilakukan di rumah ayah 12 anak itu, yang tiap harinya mempekerjakan 50 orang dengan 30 unit alat tenun bukan mesin (ATBM).Tak pusing soal patenDari pola anak asuh, bisa dimengerti pula bila kakek 33 cucu ini mengaku tak tertarik pada hak paten. Alasannya, tak ingin membatasi orang lain berusaha seperti dirinya."Saya malah senang kalau ada yang mengikuti dan meniru," aku lulusan Ambacht School (Sekolah Teknik) tahun 1937 itu.
Tak heran kalau setiap hari selalu ada saja 1 - 2 orang dari luar kota yang datang padanya untuk belajar teknik membuat bahan pakaian dari serat batang pohon pisang dan tanaman lainnya. "Dengan senang hati saya menerima dan mengajarkannya ... secara gratis. Silakan datang kalau ingin belajar, paling-paling butuh waktu maksimum satu minggu," ujarnya.
Mungkin A. Kadir ingin ingin mengamalkan ilmu pertekstilan yang diperolehnya secara gratis pula. Kesempatan menimba ilmu secara cuma-cuma itu berkat teknik menenun handuk ber-letter, temuannya.
Awalnya, suatu sore di tahun 1955, ia melihat dua pria berkebangsaan asing menyusuri jalan di Pekalongan. Bermodalkan bahasa Inggris yang cukup baik ia pun mengajak berbincang-bincang. Ternyata dua orang itu, Joseph E. Stepanek warga USA dan John Dearing yang warga Inggris, bekerja di Foreign Operation Administration (FOA) lembaga di AS yang mengurusi pertukaran pemuda/mahasiswa.
Esoknya A. Kadir yang saat itu berusia 33 tahun datang ke hotel tempat dua teman barunya menginap sambil membawa cinderamata dua lembar handuk hasil tenunannya sendiri.
Joseph dan John kaget plus heran melihat tenun handuk bertuliskan nama mereka!
Tanpa ba-bi-bu, mereka langsung menghujani pertanyaan tentang cara pembuatannya.
Konon, saat itu di dunia belum ada yang memakai handuk bercetak nama sendiri di atasnya!Mereka berdua pun diajak ke rumah A. Kadir untuk melihat peragaan cara membuat handuk itu. Usai peragaan, Stepanek langsung bertanya, "What can I do for you?""Saya bilang sudah lama ingin melakukan studi banding pertekstilan di beberapa negara maju, tapi saya tak punya biaya. Mereka pun berjanji membantu mewujudkannya," ujar kakek yang fasih berbahasa Inggris, Belanda, Arab, dan sedikit Jepang.
Dua minggu kemudian ia dipanggil ke kantor FOA yang seatap dengan kantor Perindustrian Jakarta. Ternyata Stepanek telah mengurus perjalanannya ke beberapa negara.

Di Jepang, negara pertama yang dikunjungi, ia tinggal selama satu bulan.
Lalu ke Belanda selama tiga minggu, ke Jerman Barat selama 15 hari, Prancis seminggu, dan terlama di AS, yakni enam bulan. Praktis, ia "keliling dunia" selama delapan bulan.
Selain untuk perjalanan, FAO pun membiayai kuliahnya saat ia menjadi mahasiswa tamu untuk belajar business management di Denver University, Kolorado. Waktu yang terbatas itu ia manfaatkan sebaik-baiknya, bukan hanya kuliah, ia sempat belajar teknik sablon (printing) di Perusahaan Sablon "McClean".
Semangat belajar yang memberikannya wawasan luas pantas diakui menjadi roh dari semangatnya berusaha. Tak heran, apa yang dilakukannya mulai usaha pertenunan handuk ber-letter hingga berbagai serat alam mampu menjadi salah satu daya pikat khazanah kerajinan daerah. (Kasirin intisari-2000)

Kamis, 03 April 2008

JUJUR DAN BERANI

Ini saya dapatkan dari milist Aloysius tempat dulu saya mengajar di Bandung :

Seorang raja yang memasuki usia senja ingin mencari penggantinya.
Berbeda dengan kebiasaan, ia takmenunjuk anak-anak maupun pembantu terdekatnya.
Ia justru memanggil para pemuda di negeri itu dan berpidato di hadapan mereka."Aku akan mengadakan sayembara.
Kalian semuaakan mendapatkan sebuah biji.
Tanamlah biji ini,rawatlah, dan kembalilah setahun lagi dengan tanaman kalian masing-masing. Bagi yang memiliki tanaman terbaik akan langsung kutunjuk menjadi raja menggantikanku!

"Seorang pemuda bernama Badrun terlihat amat antusias.
Ia menanam biji itu, dan menyiraminya tiap hari.Tapi sampai sebulan berlalu belum tumbuh apa-apa.
Setelah 6 bulan, para pemuda mulai membicarakantanaman mereka yang tumbuh tinggi, namun pot Badrunmasih kosong.
Badrun tak mengatakan apapun pada teman-temannya. Ia tetap menunggu bijinya tumbuh.

Setahun berlalu.
Semua pemuda membawa tanamannya kepada raja.
Semula Badrun enggan, namun ibunya mendorongnya pergi dan berbicara apa adanya.
Raja menyambut para pemuda seraya memuji tanaman yang mereka bawa.
"Kerja kalian luar biasa. Tanaman kalian bukan main indahnya.
Aku akan menunjuk seorang dari kalian menjadi raja yang baru!"
Tiba-tiba raja yang melihat Badrun berdiri di belakang memanggilnya.
Badrun panik, "Jangan-jangan aku akan dibunuh," pikirnya.
Suasana kontan ricuh dengan ejekan dan cemoohan hadirin menyaksikan potnya yang kosong.
"Diam semuanya!" teriak raja.
Ia menoleh pada Badrun,kemudian mengumumkan,"Inilah raja kalian yang baru!"
Semua terkejut. Bagaimana mungkin orang yang gagal yang menjadi raja?

Raja melanjutkan, "Setahun yang lalu, aku memberi kaliansebuah biji untuk ditanam.
Tapi yang kuberikan adalah biji yang sudah dimasak dan tak dapat tumbuh. Kalian semua telah menggantinya dengan biji yang lain. Hanya Badrun yang memiliki KEJUJURAN danKEBERANIAN untuk membawa pot dengan biji yang kuberikan.
Karena itu dialah yang kuangkat menggantikanku!

Ada 2 kata penting yang dapat diambil dari cerita di atas.

Pertama, kejujuran :Inilah dasar perilaku seseorang. Di jaman Nabi, ada seorang yang bertobat dan ingin menata dirinya.Tips nabi sederhana saja:"Jangan Bohong!"Orang ini senang karena Nabi tak melarang hal-hal yang lain."Kalau cuma jangan bohong sih mudah," pikirnya.
Maka ia pun melakukan apa yang biasa dilakukannya.
Ia mau mencuri, tapi berpikir, "Bagaimana kalau tetanggaku menanyakan asal-usul hartaku ini?"
Ia pun membatalkan niatnya.
Ia ingin berselingkuh, tapi berpikir, "Bagaimana kalau nanti keluargaku menanyakan kemana aku pergi?" Lagi-lagi ia mengurungkan niatnya.
Begitulah seterusnya. Setiap ingin melakukan maksiat ia kontan membatalkannya.
Jadi kejujuran akan membawa perubahan mendasarpada diri seseorang. Tapi tanpa keberanian, kejujuran takkan membawa perubahan bagi orang banyak.
Kejujuran hanya menghasilkan pengikut (follower)bukan pemimpin.

Kedua, Keberanian :Untuk bisa merubah masyarakat dibutuhkan keberanian.
Masalahnya, dari manakah datangnya keberanian?
Keberanian datang kalau kita mampu menaklukkanrasa takut.
Rasa takut inilah sumber segala macam kejahatandi dunia ini.
Contohnya, perasaan marah. Sebenarnya, hanya jika Anda merasa takutlah Anda akan marah.
Coba renungkan kapan terakhir kali Anda marah.
Teruskan renungan Anda.
Telusurilah rasa takut yangtersembunyi di balik kemarahan Anda.
Apa yang Andatakutkan hilang dan direnggut dari diri Anda?
Ketakutan itulah yang membuat Anda marah.
Rasa takut yang ada menunjukkan bahwa kitabelum mandiri.
Kebahagiaan dan rasa aman kita masihbersumber pada sesuatu di luar diri kita!............ ....Sumber : Djodi Ismanto - milist Manager-Indonesia

Yaksa Prashna

Yaksha Prashna - Dialog antara Dewa Kematian Yamadan Penyandang Ajaran. Terjemahan bebas.

Yama (Y): Apakah yang lebih berat dari bumi, lebih tinggi dari langit, lebih cepat dari angin dan lebih banyak jumlahnya dari batang ilalang?
Dharma (D): Ibu lebih berat dari bumi, bapa lebih tinggi dari langit, pikiran lebih cepat dari angin, dan khawatir lebih banyak dari ilalang.

Y: Siapakah teman peziarah? Siapakah teman orang sakit dan orang meninggal?
D: Teman peziarah adalah teman seperjalanannya dalam hidup ini. Tabib dan dokter adalah teman orang sakit, amal-kebajikan adalah teman orang meninggal.

Y: Apakah yang harus dilepaskan supaya seseorang disayangi? Membuat dia bahagia dan mukti?
D: Keangkuhan, jika dibuang, membuat seseorang dicintai; lepaskan nafsu-memiliki makaseseorang menjadi mukti, lepaskan sikap loba dan iri dan dia akan bahagia.

Y: Musuh seperti apa yang paling sukar ditaklukkan? Penyakit apa yang paling sukar disembuhkan? Orang seperti apa yang disebut mulia dan tidak-mulia?
D: Angkara murka dan amarah adalah musuh yang paling sukar ditaklukkan. Penyakit yang paling sulitdisembuhkan adalah iri-dengki, Orang mulia adalah mereka selalu mengupayakan kebaikan dan kebahagian semua ciptaan, dan sebaliknya orang yang tidakpernah memaafkan dan mengampuni.

Y: Siapa yang sebenar-benarnya bahagia? Apakah mujijat/keajaiban yang paling menakjubkan? D: Mereka yang tidak memiliki beban akan benar benar bahagia. Hari demi hari orang mati, tapi yang hidup menginginkan hidup abadi. O Gusti, tidak ada keajaibanlain yang lebih menakjubkan.
**************************

KADANG-KADANG KITA TIDAK TAHU

Kemarin sepulang dari kerja, seperti biasa saya mandi, lalu menunggu andre anakku pulang.
Hari kemarin itu adalah hari ke 2 setelah tetanggaku "Ayah" meninggal dunia.
Setelah Andre di rumah, saya bersama-sama bu Yosi ke tempat "Ibu", sekedar menemani dan mendengarkan keluh kesahnya.
Saya terpana dan ikut sedih sekali mendengar hari-hari terakhir "Ayah" juga bagaimana kesulitan ekonomi yang dihadapi keluarga tersebut. Bagaimana "Ayah" tidak kesampaian ingin punya sepatu untuk pergi ke kantor, bagaimana biaya yang harus dikeluarkan dari tabungan karena adik Zsazsa sakit masuk ICU setahun yang lalu. Ini menambah duka mereka......tanggal 20 uang gaji sudah habis, tanpa uang sepeserpun, untuk hari-hari selanjutnya.
Saya merasa bersalah mengapa saya tidak tahu, padahal mereka adalah tetangga belasan tahun.
Saya merasa bersalah selama ini saya dan keluarga kadang-kadang pergi bahkan boleh dikatakan sering pergi makan malam di luar, sementara tetangga sendiri yang dekat belum tentu bisa makan.
Saya merasa bersalah karena saya selalu capek setelah pulang kerja, diam di rumah, tidak mendengarkan dengan seksama jika "Ibu" datang ke rumah, saya pikir "Ibu" bertahan hidup walaupun pas-pasan.
Saya ingin membantu.....minimal Zsazsa yang masih kelas X SMA
Tuhan tolong saya agar saya tetap sehat dan mampu lebih peka lagi terhadap orang lain di sekitar saya